Saturday, October 18, 2014

Theresia Festival 18 Oktober 2014 - Background Cerita Pentas Tari "Legenda Gerhana Bulan" dari Bali

SMA Santa Theresia Jakarta menggelar pameran pendidikan yang disertai dengan bazaar dan pengambilan rapot serta acara pentas tari yang berjudul "Desa Kala Patra: We Bring Bali to You" pada hari Sabtu, 18 Oktober 2014

Kali ini admin akan membahas tentang latar belakang cerita drama pentas tari yang dimainkan, yaitu tentang "Legenda Gerhana Bulan" dari Bali.

Raksasa Kala Rahu Menela Bulan Terjadi Gerhana
Dahulu kala, Dewa dan Raksasa bekerja sama untuk mengaduk lautan susu untuk mencari "Tirtha Amertha" (Air Keabadian). Konon, siapapun yang meminum air tersebut tidak akan mati / akan jadi abadi. Setelah air keabadian tersebut di dapatkan, maka dibagilah air tersebut menjadi sama rata. Dan yang bertugas membagi adalah Dewa Wisnu yang menyamar menjadi seorang gadis cantik. Dalam kesepakatan, para Dewa disepakati duduk di depan sedangkan para Raksasa duduk di bagian belakang
Namun, ada seorang Raksasa yang bernama Kala Rahu, yang menyusup ke barisan para Dewa, dengan cara mengubah wujudnya menjadi Dewa. Tetapi penyamaran Kala Rahu diketahui oleh Dewa Candra (Dewa Bulan). Dan ketika tiba giliran Kala Rahu mendapatkan Tirtha Amertha, Dewa Candra berteriak," Dia bukanlah Dewa! Dia adalah Raksasa Kala Rahu." Namun sayang Kala Rahu sudah menenggak air tersebut. Dengan segera Dewa Candra menebas leher Kala Rahu. Tetapi, karena kepala Kala Rahu sudah tersentuh air keabadian, kepala tersebut tetap hidup dan melayang-layang di angkasa. Sedangkan tubuh Kala Rahu mati karena belum tersentuh air keabadian. Sejak saat itu, Kala Rahu sangat dendam terhadap Dewa Candra. Saat purnama tiba, Kala Rahu selalu mencari kesempatan dan menelan Dewa Candra. Tetapi karena Kala Rahu tidak memiliki badan, Dewa Candra pun muncul lagi ke permukaan. Peristiwa setiap Kala Rahu menelan Dewa Candra itu terjadi Gerhana Bulan.



sumber: http://www.parissweethome.com/bali/cultural_my.php?id=17

Thursday, August 28, 2014

Kucing ku mati -TRUESTORY-

Nama saya Dominic Glenn Sebastian. Pada kesempatan ini saya akan menceritakan kejadian benar mengenai kucing saya yang mati.
Sebelumnya, saya adalah pecinta hewan, Saya menyukai anjing, kucing. Saya tinggal di Kelapa Gading, Jakarta Utara.

     2 Agustus 2014. Ulang tahun saya yang ke 15. Hari itu bertepatan dengan hari Sabtu. Siang itu, aku bermain main dengan sepeda keliling kompleks. Sesampainya di jalan utama yang menuju pintu keluar-masuk kompleks, aku mendengar suara meongan kecil dari pohon2 di sisi kiri jalan. Setelah kutelusuri, berdirilah disana, seekor kucing kecil yang ada di pohon kecil (+-30cm). Akupun iba dan membawanya pulang. Di jalan, aku berterimakasih pada Tuhan karena memberiku hewan peliharaan sebagai kado ulang tahunku. Sesampainya di rumah, ibuku pun memberi makan dan minum kucing kecil itu. Lalu kami mencarikannya mainan untuk sesaat, dan menemukan tali berwarna putih dengan diameter kira kira 1cm. Lalu kubuat main kucing itu, dia pun mengejar2 tali itu dengan serius.
     Setelah bermain, kukalungkan tali itu di lehernya, dan kuikat tali itu, sebagai lambang "hewan peliharaan". Kucing itu pun resmi jadi kucingku. Pagi siang sore malam kami sekeluarga mengurus kucing itu, dan kucing itu bertumbuh. Kami menjalani suka duka bersama. Bertumbuh dan bertumbuh, kucing itu bagaikan anak seumuran 8 tahun. Ia jadi nakal, merobek kawat jendela yang berfungsi untuk melarang nyamuk masuk, naik ke atas meja, dll. Sampai pada tanggal 27 Agustus 2014, ibuku berkata ,"Kucingnya makin lama makin bandel tuh. Besok mama buang aja".
     Keesokan harinya, setelah aku sampai di rumah, mamaku berkata bahwa ia sudah membuang kucingnya ke rumah sebelah, saat aku berangkat sekolah tadi pagi, dan sampai sekarang tidak balik-balik. Akupun melesat dengan sepedaku, mencari nya, dari pukul 16.00-17.30. Tidak ketemu. Akhirnya aku menyerah, dan masuk ke rumah. Saat aku mandi, papaku memanggilku, "Glenn mana? Glenn mana?" Akupun segera menyelesaikan mandiku dengan tergesa-gesa, dan keluar ke halaman. Disanalah kucingku, baru menemukan rumahku. Aku langsung menyuruh nya masuk ke gerbang, dan memeluknya sayang, menciumnya. Lalu kubawa ke kamar ku di lantai 2, padahal tidak boleh. Lalu kusayang-sayang, dan akhirnya kutaruh di halaman rumahku. Akupun pergi tidur
    28 Agustus 2014, aku bangun, siap siap ke sekolah, dan saat di halaman, aku mengelus kucingku dan menciumnya, sambil berkata "Dada puss, aku berangkat sekolah dulu yaa". Pulang sekolah , mamaku sudah menungguku dan berkata "Tadi kucingnya main di taman rumah kita, tapi kan ga ada pagarnya. Terus ada 2 anjing yang warnanya item putih (rumahku blok O) datang dan menghadang si kucing. Dan kucingnya gabisa lari soalnya dijaga ketat. Terus langsung digigit tuh lehernya si kucing, terus dibawa pergi ke blok R. Mama kan lagi di dalem rumah lagi kerjain pekerjaan rumah tangga pas itu" Akupun melesat dengan sepedaku ke blok R. Di sanalah aku melihatnya, mayat kucingku tanpa kepala terbaring di jalan. Tali di lehernya sebagai ucapan "hewan peliharaan" yang kupasang juga hilang. Ia sudah tak bernyawa, dengan semut-semut mengerumuninya. Aku pun melihat anjing-anjing itu, di seberang tempat kutemukannya mayat kucingku. Akupun membawa pulang kucingku. Di jalan pulang, aku terisak dan sampai depan rumah, aku menangis. Mamaku, dan Koko mamaku yang biasa mengantar aku pulang pun menenangkanku. Dan koko mamaku itu mengambil pacul dan memacul di taman depan rumahku, membungkus si meong, dan menguburkannya. Aku pun terus menangis.

RIP 2-8-2014 - 28-8-2014, NATHANAEL THE PUSS. I hope you'll be happy there ...